Minggu, 29 Juli 2007

Materi Dasar Latihan Karate-Do Gojukai

indonesia_flag.gifLogo Gojukai


”ONENGAISHIMASU”


IKRAR DAN JANJI KARATE – DO GOJUKAI


Hitotsu’ Jinkaku Kanseni Suto’ Muru Koto’

Hotosu’ Makoto No Michi O’momuru Koto’

Hitotsu’ Daryo Ko No Sei Shin Oyasinau Koto’

Hitotsu’ Reigi O’ O’manzuru Koto’

Hotosu’ Kekki No Yu’ O’imashimuru Koto’

Pertama berupaya keras untuk menyempurnakan karakter

Pertama membela jalan kebenaran

Pertama meningkatkan semangat untuk maju

Pertama menghormati prinsip-prinsip etika

Pertama melindungi diri dari godaan jahat

Kami karateka Gojukai senantiasa akan berlatih keras dan menguasai

Karate–Do Gojuryu sebagai wujud;

Terima kasih kepada:

Soke Chojun Miyagi, Sensei, Pencipta Gojuryu Karate–Do

Terima kasih kepada:

Saiko Shihan Gogen Yamaguchi, Hanshi Sensei Pendiri Gojukai Karate-Do

Terima kasih kepada:

Kaico’ Saiko Shihan Gossi Yamaguchi, Hanshi Sensei, Maha Guru Tertinggi kami

Terima kasih kepada:

Shihan Setyo Haryono Sensei, Pendiri Gojukai Indonesia

Kami merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mempelajari Karate-Do Gojuryu dan berjanji:

Mempelajari Karate-Do hanya untuk tujuan-tujuan mulia

Mempelajari Karate-Do dengan semangat dan jiwa ksatria

Menjunjung tinggi nama baik perguruan dalam ucapan dan tindakan.




A. Pemahaman "Reigi" (Tata Tertib Dojo), "Dojo-Kun" (Ikrar) Serta Pengenalan Gishiki

  • diterjemahkan dari REIGI di Honbu Dojo Tokyo Jepang.

    1. Karateka harus berusaha seoptimal mungkin untuk tidak terlambat menghadiri latihan sesuai jadwal latihan yang telah ditentukan.
    2. Jangan makan satu jam sebelum latihan.
    3. Hadir di dojo ketika kondisi Anda sedang fit, karena begitu Anda memasuki dojo, Anda harus bersiap untuk melakukan latihan seoptimal mungkin sesuai jadwal latihan. Jangan mengikuti latihan di dojo, jika Anda sementara terluka, atau terkilir atau belum sembuh dari suatu penyakit.
    4. Memasuki dojo harus menanggalkan alas kaki dan topi, tidak membawa botol minuman ke dalam dojo. Di tempat penyimpanan alas kaki ditaruh secara tertib dan teratur.
    5. Selama berada di dalam dojo dilarang merokok.
    6. Jika ada seorang karateka yang lebih senior yang berdiri di belakang Anda, maka Anda harus mempersilakan karateka yang lebih senior untuk lebih dahulu memasuki dojo.
    7. Memasuki dojo melakukan penghormatan tradisi Karate sambil mengucapkan “ONENGAISHIMASU” yang berarti “Please Help Me”, dengan jelas dan tegas.
    8. Setelah berada dalam dojo, pertama-tama harus melakukan penghormatan kepada karateka yang lebih senior, dan secara spesifik kepada para instruktur dan master (Shihan), dengan ucapan “ONENGAISHIMASU” dan dibalas dengan penghormatan yang sama.
    9. Selama di dalam dojo, harus menjaga agar “DOGI” yang dikenakan senantiasa rapid an tidak berantakan.
    10. Selama mengikuti latihan, dilarang memelihara kuku panjang, dilarang mengenakan benda-benda yang dapat membahayakan diri sendiri maupun pasangan latihan, seperti arloji tangan, cincin, gelang, kalung, dan sejenisnya.
    11. Ketika Anda dengan sangat terpaksa datang terlambat, Anda harus melapor alasan keterlambatan Anda pada pimpinan latihan, dan melakukan “JUNBI UNDO” sendiri jika session Junbi Undo sudah lewat.
    12. Selama Anda di dojo, jika Anda duduk harus dalam posisi “SEIZA” (duduk berlutut) atau “ANZA” (duduk bersila).
    13. Selama latihan berlangsung di dojo, instruktur tidak diperkenankan duduk hingga latihan berakhir.
    14. Latihan dimulai dan diakhiri dengan melaksanakan “GISHIKI” (upacara tradisi), dengan tata cara upacara sebagai berikut:
      1. Murid yang tersenior di ujung barisan memimpin upacara dengan meneriakkan aba-aba “KIOTSUKE” (siap).
      2. Murid tersenior mengaba-aba “SEIZA” untuk duduk berlutut.
      3. Pimpinan latihan (Shihan atau Sensei) mengaba-aba “MOKUSO” (mengosongkan pikiran), dan mengakhirinya dengan aba-aba “MOKUSO YAME”. Pada saat “MOKUSO”, tutup kedua mata, bernafas dalam-dalam dari perut bawah, konsentrasikan pada TANDEN (5 cm dibawah pusar) dan berusaha mengosongkan pikiran.
      1. Murid yang pimpinan upacara mengaba-aba:

- “SHOMEN NI REI” (artinya hormat ke altar Goju)

- “SHINZEN NI REI” (artinya hormat ke panji-panji kenegaraan maupun panji-panji kekaratean dan perguruan).

      1. Murid yang pimpinan upacara memimpin “DOJO-KUN”:

Yang bunyinya sebagai berikut:

Kami karateka Gojukai, senantiasa akan berlatih keras sebagai wujud terima kasih kepada:

- Soke Chojun Miyagi, Pencipta Goju-Ryu Karate-Do.

- Hanshi Gogen Yamaghuci, Pendiri Gojukai Karate-Do.

- Saiko Shihan Goshi Yamaghuci, Guru Tertinggi Kami.

- Shihan Setyo Haryono, Pendiri Gojukai Indonesia.

Janji Karate-Do Goju:

Kami merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat mempelajari Karate-Do Goju, dan berjanji:

- Mempelajari Karate-Do hanya untuk tujuan-tujuan mulia.

- Mempelajari Karate-Do dengan semangat dan jiwa ksatria.

- Menjunjung tinggi nama baik perguruan, dalam ucapan dan tindakan.

f. Usai pembacaan “DOJO-KUN”, pimpinan upacara mengaba-aba: “IJO NI REI” (artinya; hormat kepada Dojo-Kun).

g. Pimpinan latihan membalik menghadap ke barisan para murid, dan pimpinan upacara mengaba-aba penghormatan kepada pimpinan latihan, tergantung status keinstrukturan pimpinan latihan, misalnya: SHIHAN NI REI atau SENSEI NI REI.

h. Setiap melakukan penghormatan kepada seseorang di dojo, harus mengucapkan ONENGA ISHIMASU. Tingkatan yang lebih tinggi selalu harus membalas penghormatan “KOHAI”nya.

i. Kalau yang hadir dalam “GISHIKI” (upacara) lebih dari satu Shihan, maka penghormatan awal pada Shihan yang tertinggi dan tersenior dengan aba-aba “RO-SHIHAN” (Shihan yang lebih senior) dan pada Shihan lain dengan aba-aba “WAKA-SHIHAN” (Shihan yang lebih yunior). Demikian juga kalau yang memimpin lebih dari sati Sensei, maka pada Sensei yang paling senior disebut “RO-SENSEI” dan Sensei yang lain disebut “WAKA-SENSEI”.

j. Ketika sedang latihan di dojo, dilarang berkelakar atau bercakap-cakap, kecuali di saat diberi kesempatan oleh instruktur untuk bertanya atau disaat ditanyai sesuatu oleh instruktur.

k. Ketika instruktur menyampaikan sesuatu, dengarkan baik-baik dan tenang. Jangan lupa untuk menunjukkan bahwa Anda mendengar dan memahami apa yang dikemukakannya.

l. Setiap murid seharusnya mengetahui mengetahui kondisi fisiknya, staminanya dan kekuatan fisiknya dengan baik. Jangan memaksa diri Anda melakukan sesuatu yang tidak mungkin.

m. Instruktur harus selalu mengamati kondisi fisik dari para murid. Dalam setiap pergantian session latihan, instruktur sebaiknya memberi waktu istirahat sejenak kepada para murid, waktu istirahat tergantung kondisi konkret para murid.

n. Setiap instruktur harus mengoptimalkan langkah-langkah dan segala upaya dan peringatan selama latihan berlangsung untuk menjamin keselamatan para murid dari kemungkinan cedera atau kecelakaan.

o. Lima menit sebelum latihan berakhir, lakukan JUNBI UNDO untuk pelemasan.

p. Sebelum upacara penutupan latihan, instruktur harus memberikan kesempatan bertanya kepada para murid.

B. Junbi Undo (Senam Karate)

Ada dua metode pelatihan Junbi Undo, metode pertama di awal latihan dan akhir latihan, metode kedua Junbi Undo dilakukan mengawali setiap session latihan sesuai dengan gerakan yang dilakukan.

Prinsip yang penting dalam Junbi Undo adalah hanya sekedar untuk pemanasan dan perenggangan, dan tidak dimaksud sebagai latihan pokok. Oleh karena itu, Junbi Undo yang ideal adalah 15% dari keseluruhan jam latihan total.

Meskipun demikian, Junbi Undo harus dilakukan dengan penuh keseriusan karena sangat memberikan pengaruh besar dalam proses latihan nanti, terutama dalam hal menghindari terjadinya keseleo pada bagian tubuh tertentu.

Jenis gerakan Junbi Undo harus sistematis mulai dari bagian tubuh paling bawah hingga ke bagian tubuh paling atas.

C. Pemahaman Sejarah singkat Karate-Do gojukai

Sejarah “Go-Ju-Ryu” mulai dengan Shihan Chojun Miyagi yang digelar “Fuseishutsu no kensei” (orang sakti tak ada bandingnya). Miyagi adalah murid Higaonna dan juga pernah berlatih seni bela diri di Cina. Perguruan Goju-Ryu yang kemudian dibentuknya, essensinya adalah “teknik mereguk dan menyemprotkan kekuatan dan kelembutan” di dalam semangat kesiagaan tempur dari Seni Bela Diri Cina. Master Chojun Miyagi kemudian menjadi pelatih di Okinawa dan mendirikan Goju-Ryu di Universitas Ritsumeikan, di situlah Miyagi berkenalan dengan Gogen Yamaghuci yang pada saat itu menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Ritsumeikan itu. Sebelumnya Gogen Yamaghuci belajar Karate Goju-Ryu dari teman kuliahnya Yogi, dan murid senior Chojun Miyagi, yaitu Meitoku Yagi. Ajaran Miyagi kemudian tersebar dari Kyushu sampai ke daerah Kanto. Miyagi belajar sebagai seorang samurai dan memperdalam ilmunya yang berakar di Cina, sehingga Miyagi menjadi sangat disegani di Jepang dan Okinawa.

Shihan Miyagi dilahirkan di era Meiji jaman 20 (1888) di suatu rumah terkenal di Naha, suatu kota besar di Okinawa. Ia belajar karate pada umur 14 tahun dari Shihan To-on-no. Di era Meiji jaman 36 (1904), dan ketika ia masih berusia 16 tahun, ia diperintah untuk pergi ke Fuku-ken-sho di negeri Cina dan berlatih Kempo-Cina.

Di negeri Cina, ia menerima latihan yang penuh disiplin dan keras. Chojun Miyagi di Cina belajar ilmu bela diri lunak, yaitu Tai Chu Chuen dan Pakua Chang. Selain itu, di Cina masih ada ilmu lunak lainnya yang dinamai “Hsing-I”.

Orang Cina mengatakan, untuk hidup sempurna, orang harus berada di dalam chi. Dan chi juga ada dalam diri manusia.

Apakah chi itu? Ia adalah udara dan enerji. Ia dibutuhkan untuk penyelarasan tubuh dengan alam. Chi dapat menjadi suatu kekuatan yang melahirkan enerji. Jika ia menjadi yang disebut “yang utuh” dan “yang utama”, yaitu “tai chi”. Jadi “tai chi” bermakna “yang utuh dan utama”.

Tai chi dilambangkan sebagai dua unsur yaitu: Yin dan Yang yang saling mengikat dan terpadu dalam satu bulatan. Yin adalah kutub negatif yang dilambangkan sebagai wanita. Sedangkan Yang adalah kutub positif yang dilambangkan sebagai jantan.

Manusia sewaktu lahir tubuhnya diisi oleh Yin dan Yang, dan dalam usia dewasa mencapai puncaknya, kemudian perlahan menurun sewaktu usia semakin bertambah.

Dengan berlatih pernapasan ketika memainkan Sanchin, keseimbangan Yin dan Yang yang akan harmonis, sehingga yang rutin dan teratur melakukannya akan senantiasa awet muda, dan kalihatan jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya.

Orang Cina meyakini bahwa realita hidup bukanlah gabungan dari momen-momen yang terpisah. Melainkan jalinan tanpa batas dari perubahan gejala alam. Pagi hari yang berganti siang, kemudian malam. Bagai daun yang gugur dan tumbuh lagi, sungai yang mengalir dan awan yang ditiup angin, antara ada dan tiada saling terjalin.

Mungkin selaras dalam gamelan sakral Sekatenannya orang Jawa, kelengangan antara kala gong ditabuh memberikan kesadaran akan bunyi. Bagitu pula ruang kosong memperkuat kesadaran akan garis tepi dari patung karya Henry Moore.

Miyagi, selain berlatih Tai Chi Chuen dan Pakua Chang, juga pada waktu yang sama ia belajar teori dari buku tua. Setelah ia kembali dari negeri Cina, ia membandingkan Cina Kempo dan Okinawa-te. Ia mengadopsi latihan pernafasan unik dari Cina yang dinamakan “Ikibuki”, cara persiapan yang penting untuk menguasai Karate-Do.

Ada juga sejarawan lain yang menuliskan bahwa selama di Cina, Chojun Miyagi berlatih Pa-kua Hsing-I, Mi-Tsung-I dan “tiger crane” Shaolin.

Kemudian, ia belajar gaya lain dan memperkenalkan baik Kempo Cina maupun Okinawa-Te dan kemudian menambahkan dengan gagasan orisinalnya sendiri. Demikianlah proses kelahiran “Go-Ju-Ryu”.

Nama “Go-Ju-Ryu” telah ditransfer dari “Bubishi” (dalam bahasa Cina: Wu Bei Zhi), sebuah buku kuno yang didokumentasikan dalam arsip Cina. Mengenai Bubishi ini akan saya jelaskan dalam sub bab berikut. Ada delapan ungkapan tentang “Kyo” yang dikenal dengan istilah “Hogoju”, yang mengandung makna metode menarik dan menghembuskan nafas “Go” (keras) dan “Ju” (lunak), dan itulah yang dinamai Go-Ju-Ryu. Miyagi mengajar karate pada sekolah pelatihan polisi Okinawa, juga di suatu sekolah bisnis publik Naha, pada sekolah Master Okinawa dan pada Pusat Kesehatan Okinawa. Di era 4 Showa (1929), Miyagi diundang sebagai dosen tamu kehormatan oleh suatu klub karate yang berlokasi di Universitas Kyoto, Miyagi telah diundang untuk mengajar secara tetap sebagai Shihan oleh Ritsumeikan Universitas. Ia mengembangkan metodenya ke seluruh Jepang dan inisiatif memperkenalkan Goju-Ryu. Selama waktu itulah, Gogen Yamaguchi mengenal Shihan Miyagi dan oleh Miyagi, Yamaguchi dibebani tanggung jawab untuk menyebarkan metode ciptaan Miyagi dan untuk mengorganisirnya, Gogen Yamaguchi membentuk Jepang Karate-Do Gojukai Association.

Shihan Miyagi kemudian diundang ke Hawaii oleh Shimpo Co dan mengajar Karate di sana selama satu tahun. Juga, ia mengajarkan Goju-Ryu Karate-Do di Jepang dan di luar Jepang. Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang memberi award pada Miyagi. Setelah perang dunia yang kedua, ia kembali ke Okinawa dan bekerja untuk pemerintahan sipil sebagai pelatih pendidikan jasmani. Di era Showa 28 (1953) Oktober, ia meninggal.

Bagaimana asal mula dinamakannya perguruannya sebagai perguruan Goju-Ryu? Dalam acara Turnamen Seni Bela Diri di Jepang pada tahun 1930, Sensei Shinzato Jin’an (murid senior Chojun Miyagi) turut berdemonstrasi. Di dalam turnamen itu, seorang Master Ko-Budo menanyakan padanya, berasal dari perguruan apa? Dan Shinzato Jin’an tentu saja tidak dapat menjawabnya, karena hingga saat itu Chojun Miyagi belum pernah memberi nama perguruannya.

Sekembalinya dari Jepang, Shinzato Jin’an mempertanyakan perihal nama perguruan itu pada Miyagi, dan barulah Miyagi sadar bahwa nama perguruan sangat penting demi pengembangannya.

Chojun Miyagi memilih nama Goju Ryu untuk perguruannya. Dalam sejarah kekaratean, Miyagilah master yang pertama memberi nama perguruannya, dan belakangan baru diikuti oleh master lain.

Secara resmi, Goju-Ryu digunakan ketika tahun 1933 Miyagi (berkat jasa Gogen Yamaguchi) mendaftarkan nama perguruannya pada Butokokai Jepang. Dan pada tahun 1936 Miyagi ke Cina lagi untuk memperdalam ilmu bela diri Cina guna kelengkapan materi merumuskan metode lebih lengkap bagi kurikulum Goju-Ryu. Dalam kunjungan kali ini, lamanya adalah dua bulan di Cina.

Gogen Yamaguchi yang mulai belajar Goju-Ryu Karate-Do dari Maruta, tukang kayu dari Okinawa di kota asal Yamaguchi, kemudian dari Meitoku Yagi dan Jitsuei Yogi, keduanya adalah murid Chojun Miyagi. Dan kemudian Yogi memperkenalkan Yamaguchi pada Chojun Miyagi, dan selanjutnya Yamaguchi berlatih langsung dari Chojun Miyagi.

Persoalan lain yang juga sering menjadi persoalan hukum di negara-negara yang marak seni bela dirinya seperti Jepang dan Amerika Serikat adalah “hak atas lambang perguruan atau aliran”.

Logo “Kepalan Tangan Chojun Miyagi” yang digunakan oleh Gojukai versi Gogen Yamaguchi, merupakan “hak patent” dari IKGA yang dipimpin oleh Goshi Yamaguchi, dan jika digunakan oleh perguruan lain, sekalian perguruan itupun mangajarkan Goju-Ryu, tetap ilegal dan dapat dituntut di muka pengadilan.

Logo Kepalan Tangan Miyagi tersebut didesain oleh Gogen Yamaguchi pada tahun 1932. desain itu legal setelah didaftarkan di Jepang sebagai “Trademark” pada 9 Maret 1971, dengan nomor registrasi 1268906 (C1:24, Specified Merchandise:Sporting Good) dan Trademark Registration No. 1370905 (C1:21, Specified Merchandise: Accessories).

Undang-undang menentukan bahwa: “To duplicate these Service Marks by way of printing, embroidering and founding or to display it in public without authorization may constitute service mark infringements and may be subject to litigation”.

Ketika melatih di Universitas Ritsumeikan, pada tahun 1929, Gogen Yamaguchi mulai memperkenalkan konsep latihan yang dinamakannya waktu itu “Jissen Kumite” (actual combat).

Pada tahun 1937, Gogen Yamaguchi mendapat amanah dari Master Chojun Miyagi untuk mengepalai dan mengajarkan Goju-Ryu di Jepang. Juga menerima nama “Gogen” dari Master Chojun Miyagi, dan menerima gelar “Renshi” dari Dai Nippon Butoku-kai.

Pada tahun 1950, Gogen Yamaguchi mendirikan All Japan Karate-Do Gojukai dan menjadi presidennya yang pertama. Dalam perkembangan lebih lanjut, Gojukai Jepangpun tumbuh lebih dari satu perguruan, dan Gojukai yang dipimpin oleh Gogen Yamaguchi lebih sering disebut “Gojukai Yamaguchi”.

Pada tahun 1951, Gogen Yamaguchi mendapat tingkatan “Ju Dan Hanshi” (DAN 10) dari Master Chojun Miyagi.

Pada tahun 1964, Gogen Yamaguchi berpartisipasi membentuk The All Japan Karate-Do Federation.

Pada tahun 1969, Gogen Yamaguchi memperoleh penghargaan tertinggi dari Kaisar Jepang, yaitu “Ranjuuho-sho” award.

Gogen Yamaguchi senantiasa mengajarkan:

“It is easy to listen to what you are taught, but it is difficult to find what you have within yourself and master it as your own”.

Dari ajaran Gogen Yamaguchi di atas sehingga kita berkesimpulan, seorang instruktur Karate-Do, harus terlebih dahulu mampu melakukan sendiri sesuatu yang dia ingin dilakukan ileh murid-muridnya. Jadi sang instruktur itu yang harus terlebih dahulu memperagakan apa yang diinstruksikannya kepada murid-muridnya.

Pada tahun 1975, Gogen Yamaguchi mendirikan The Japan Karate-Do College dan lagi-lagi menjadi presidennya. Instruktur dari Japan Karate-Do College itu adalah:

a. Gogen Yamaguchi (Goju-Ryu).

b. Goshi Yamaguchi (Goju-Ryu).

c. Gogyoku Wakako Yamaguchi (Goju-Ryu).

d. Hironori Ohtsuka (Wado-Ryu).

e. Iwata Manzao (Shito-Ryu).

f. Tamae (Rembukai).

g. Motokatsu Inoue (Ryukyu Kobujutsu).

Shihan Paul Starling (Chief Instructor dari Gojukai Karate-Do Australia) adalah lulusan pertama dari Japan Karate-Do College itu.

Pada tanggal 30 April 1977, Gogen Yamaguchi mendirikan I.K.G.A (International Karate-Do Gojukai Association). Gogen Yamaguchi menjadi presiden pertama sekaligus Saiko Shihan pertama. Kemudian setelah wafatnya Gogen Yamaguchi, digantikan oleh putranya yang bungsu, Master Goshi Yamaguchi sejak tahun 1989.

KARATE-DO GOJUKAI INDONESIAGojukai Indonesia

Didirikan oleh Setyo Hardjono pada tanggal 15 Agustus 1967 di Jakarta dengan berafiliasi pada Honbu Gojukai di Jepang. Pada masa pecahnya FORKI, Drs. Setyo Hardjono berpihak kepada Anton Lesiangi dengan membentuk Badan Kerjasama Olahraga Karate-Do Indonesia, kemudian membentuk Federasi Olahraga Karate-Do Seluruh Indonesia (FKSI) dan terakhir bernama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia. Di masa hidupnya beliau mempunyai asisten senior yaitu Richard Mendwijaya, Maskun Prasetyo dan Woerjono Rahmat.

GOJUKAI KOMDA SUL-SEL
Gojukai KOMDA SUL-SEL

Didirikan oleh Sensei Richard Mendwijaya pada tanggal 27 April 1974, bersama dengan muridnya antara lain Achmad Ali, Howard Kowgam, H. Ibrahim Rum. Gojukai Komda Sul-Sel merupakan salah satu komisariat daerah gojukai yang tertua setelah Gojukai Komda DKI Jaya.

Sejarah Pembesar Gojukai Indonesia.

a. Shihan Setyo Hardjono

Adalah pendiri Karate-Do Gojukai Indonesia beliau lahir di Semarang pada tanggal 15 Agustus 1933, setamat SMA beliau terpilih menjadi mahasiswa di Jepang karena memperoleh beasiswa memperdalam seni bala diri pada mendiang Gogen Yamaguchi. Dimasa hidupnya beliau meraih Dan 6 dan memperoleh penghargaan Dan 7 dari Honbu Gojukai Tokyo. Murid-muridnya yang setia adalah Richard Mendwijaya, Wiryono Rahmat, Maskun Prasetya dan Achmad Ali. Beliau wafat di Semarang pada tanggal 27 April 1979 bertepatan dengan berdirinya Gojukai Komda Sul-Sel.

b. Sensei Richard Mendwijaya

Pendiri Gojukai Sul-Sel, beliau lahir di Jakarta tanggal 13 Agustus 1942. Tahun 1960-an beliau sangat populer sebagai judoka tidak terkalahkan di Indonesia baik di even nasional maupun tingkat olimpiade. Kemudian hijrah ke Karate Goju-Ryu dengan pertama kali berlatih pada Sensei Ishi (orang Jepang yang menetap di Indonesia) dan akhirnya beralih dibawah bimbingan Shihan Setyo Hardjono.

Ketika Shihan Setyo Hardjono wafat, beliau langsung menjadi orang kedua di Karate-Do Gojukai Indonesia dengan menduduki posisi Ketua Dewan Guru dan Direktur Gojukai Indonesia. Beliau terakhir meraih Dan 4 langsung dari mendiang Hanshi Gogen Yamaguchi.

c. Shihan Prof. Dr. Achmad Ali, SH, MH.

Lahir di Makassar tanggal 9 Nopember 1952, beliau mengenal dan mulai berlatih seni bela diri sejak usia 13 tahun tepatnya tahun 1965 pertama kali berlatih pencak silat di Gowa dan Madura, Kuntao Jujitsu dan Judo yang akhirnya berlatih pada Karate-Do Gojukai di bawah bimbingan Sensei Richard Mendwijaya. Kemudian memperdalam pada Alm. Shihan Setyo Hardjono (Dan 6), Alm. Hanshi Gogen Yamaguchi (Dan 10), Shihan Kikuchi (Dan 7), Sensei Akira (Dan 4), Sensei Shintsukin dan pada Shihan Goshi Yamaguchi.

Beliau adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Guru Besar di bidang Ilmu Hukum.

Di bidang karate beliau adalah master Gojukai Indonesia pemegang Dan 6 dalam ujian internasional di Honbu IKGA Jepang. Pada tanggal 22 Januari 1990 memperoleh kepercayaan lagi dari Honbu IKGA sebagai perwakilan resmi di Indonesia sebagai Director.

D. Kihon

Adalah teknik-teknik dasar karate yang secara garis besarnya terbagi sebagai berikut:

a. Kihon Waza, adalah latihan teknik yang dilakukan di tempat terdiri atas:

- Tsuki, serangan tangan dalam arah lurus menusuk

- Uchi, serangan tangan dalam bentuk menyabet atau menghantam

- Ate, serangan tangan atau lutut dalam wujud tumbukan

- Uke, tangkisan

- Geri, tendangan

b. Kihon Ido II

Kiotzuke

Mukusho

Heiko dachi, Joi

Hidari sanchin dachi, seiken tsuki no kamae

- Sanchin dachi, jodan uke + gyaku tsuki

- Zenkutsu dachi, chudan uke + gyaku tsuki

- Shiko dachi shakaku / 45°, gedan barai + gyaku tsuki

- Sanchin dachi, yoko uke shita barai + morote tsuki

- Sanchin dachi, seiken tsuki + mae geri

- Zenkutsu dachi, mae geri + seiken tsuki

- Shiko dachi shakaku, hijji mawashi ate, uraken uchi, tetsui gedan ate + seiken gyaku tsuki

- Zenkutsu dachi, mae hijji ate + seiken gyaku tsuki

- Shiko dachi chokkaku / 90°, tetsui gedan + uraken uchi

- Sanchin dachi, mae geri + mawasi geri

- Zenkutsu dachi + yonhon dosa (hijji uraken, tetsui, gyaku tsuki)

- Hankutsu dachi sakuto geri + seiken gyaku tsuki

- Shiko dachi shakku, kansetsu geri + yonhon dosa (age uchi, uraken, tetsui, seiken gyaku tsuki).


Teknik Dasar Karate-Do Gojukai Oleh Saiko Shihan Gogen Yamaguchi